MEMBANGUN BUDAYA MUTU MELALUI EDS
Oleh: Rina Mutaqinah
Mar 29, 2016 - -Menggunakan sistem data base terintegrasi yang berkaitan dengan Database Sekolah. Seperti data siswa,kurikulum data TU yang.
Evaluasi diri sekolah bukanlah barang baru di sekolah, sebelumnya telah ada instrumen evaluasi diri yang dikeluarkan Badan Akreditasi Nasional untuk kepentingan akreditasi sekolah, sebagai instrumen awal dalam menyiapkan sekolah mengikuti proses akreditasi. Evaluasi diri ini cenderung hanya sebatas instrumen yang diisi hanya pada saat akan akreditasi saja bukan merupakan instrumen sebagai bagian dari program perbaikan sekolah. Program EDS yang dikembangkan kemendiknas saat ini lebih merupakan program dalam memacu sekolah untuk memperbaiki diri dalam pemenuhan mutu pendidikan. Oleh karena itu EDS bersifat unik dan sangat privasi.
Mutu Pendidikan
Dalam Undang-undang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan No. 63 Tahun 2009 disebutkan mutu pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional.
Danim (2002) berpendapat bahwa kualitas pendidikan dilihat dari hasil pendidikan dianggap bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Sedangkan menurut Prof.Dr.Jam’an Satori, mutu pendidikan adalah nilai dan manfaat yang sesuai dengan standar nasional pendidikan atas input, proses, output, dan outcome pendidikan yang dirasakan oleh pemakai jasa pendidikan dan pengguna hasil pendidikan.
Dalam permendiknas No. 19 Tahun 2005 terdapat standar pendidikan yang harus dipenuhi. Pencapaian delapan standar pendidikan inilah yang dimaksudkan sebagai tercapainya mutu pendidikan. Dalam mencapai mutu pendidikan satuan pendidikan tidak bisa serta merta mencapainya seperti ‘sulap’ tetapi memerlukan proses yang panjang dan sistematis. Proses tersebut perlu diwujudkan dengan meningkatkan usaha merubah mindset, merubah kebiasaan untuk selalu beroreintasi pada mutu. Usaha secara sistematis yang dimaksud dengan melakukan perubahan budaya dari budaya ‘asal jadi’ menjadi budaya yang selalu mengedepankan mutu.
Membentuk budaya mutu
Seperti yang dinyatakan oleh Abdul Rahman, Ph.D Pembudayaan Mutu merupakan aktifitas yang dilakukan secara melembaga dan berulang-ulang. Kalau sekarang kita menginginkan mutu pendidikan yang baik, maka yang harus diupayakan adalah faktor-faktor penunjang yang menyebabkan meningkatnya mutu pendidikan, faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri, tapi saling berkaitan dan bersinergi. Mutu pendidikan yang baik adalah hasil persenyawaan dari delapan faktor penentu yang semuanya sesuai dengan standar yang telah diamanatkan dalam 8 SNP Permendiknas No 19 Tahun 2005.
Menurut Prof. Djam’an Satori budaya mutu sekolah dapat diartikan sebagai berikut :
- Nilai-nilai dan pola-pola keyakinan dan perilaku yang diterima dan dipraktekkan oleh anggota-anggota organisasi.
- Sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggotanya yang membedakan organisasi itu dengan organisasi lainnya.
Kepala sekolah sebagai pimpinan organisasi dituntut untuk memiliki komitemen dalam mengembangkan nilai-nilai luhur yang baik kepada semua warga sekolah. Terdapat 5 poin yang harus dibangun di sekolah, yakni 1) Otonomi, 2) Partisipasi, 3) Tranparansi dan 4) Akuntabilitas.
Paradigma EDS
EDS adalah proses evaluasi diri sekolah yamg bersifat internal yang melibatkan pemangku kepentingan untuk melihat kinerja sekolah berdasarkan SPM dan SNP yang hasilnya dipakai sebagai dasar Penyusunan RKS dan sebagai masukan bagi perencanaan investasi pendidikan tingkat kab/kota.
EDS sangat berbeda dengan penilaian akreditasi. Akreditasi bersifat eksternal untuk menentukan predikat mutu suatu sekolah, oleh karena itu akreditasi cenderung membuat sekolah berlomba-lomba mendapatkat predikat terbaik, sebab hal ini akan berdampak pada kondite dan prestise suatu sekolah di masyarakat. Kecenderungan tersebut mendorong sekolah-sekolah yang ‘nakal’ untuk melakukan kecurangan-kecurangan terlepas dari kemampuan para asesor untuk melihat dan menilai fakta yang ada.
EDS mencoba merubah dorongan-dorongan tersebut menjadi suatu motivasi perubahan ke arah yang lebih baik, sehingga kata kuncinya adalah kejujuran. EDS menuntut sekolah untuk berlaku jujur dalam melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri.
Dampak EDS
Semangat EDS yang mengedepankan kejujuran akan membawa dampak terhadap kesadaran atas kekurangan diri sehingga melahirkan usaha-usaha perbaikan agar mencapai standar mutu. Usaha-usaha perbaikan yang lahir dari kesadaran diri bersifat permanen sehingga melahirkan kebiasaan dan menciptakan atmosfer akademik dalam suatu organisasi dengan menjunjung nilai-nilai luhur.
Daftar Pustaka
Danim, Sudarwan (2006) Visi Baru Manajeman Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga ke Akademik , Jakarta, Bumi Aksara
Panduan EDS, Kemendiknas 2010
Iklan